PARA PETARUNG

-----------------------------------------------------------------

Pertunjukan:

📅 Sabtu, 18 Oktober 2025

🕢 Pukul 20.00 WIB

📍 Auditorium UMK, Kudus

Universitas Muria Kudus

-----------------------------------------------------------------

PERGULATAN orang-orang tak dikenal dalam memperjuangkan keyakinan kebenarannya itu diangkat dalam lakon “Para Petarung” oleh Teater Djarum pada pentas keliling tahun 2025 ini. Teater Djarum akan menggelar pentas “Para Petarung” ini keliling di beberapa kota, antara lain: Surabaya, Bandung, Kudus dan Surakarta sekaligus menandai pentas produksi Teater Djarum ke-38.

Kudus menjadi kota pertunjukan ke-4 setelah Surabaya (19/7), Bandung (23/8), dan Surakarta (26/9) yang akan berlangsung di Auditorium UMK, Universitas Muria Kudus, pada Sabtu, 18 Oktober 2025, mulai jam 20.00 WIB. Pertunjukan di Kudus ini bekerjasama dengan Teater Tigakoma UMK.

Sutradara “Para Petarung” Asa Jatmiko mengungkapkan, “berbeda dengan karya sebelumnya, kali ini Teater Djarum mencoba menampilkan sebuah pertunjukan yang dibumbui musikal. Hal ini tentu menjadi pengalaman baru sekaligus tantangan baru. Aktor mempunyai tanggungjawab mewujudkan pemikiran dan tindakan karakter yang diperankannya tidak hanya melalui dialog, namun juga secara musikal. Ini tidak mudah bagi Teater Djarum, oleh karena itu mereka tengah berusaha memanfaatkan proses latihan-latihan seoptimal mungkin.”

Teater Djarum yang seluruh anggotanya merupakan karyawan PT. DJARUM, memiliki beberapa program rutin tiap tahunnya, antara lain: pentas karya dan penyelenggaraan festival teater pelajar. Beberapa lakon pentas keliling sebelumnya, Teater Djarum menampilkan “Petuah Tampah”, kemudian “Nara”. Keduanya mengangkat kearifan lokal dalam pertarungan budaya yang sengit. Tahun 2024 Teater Djarum mementaskan “Liang Langit”, sebuah pertunjukan teater eksperimental yang mengangkat pergumulan batin seorang pekerja pembersih kaca gedung bertingkat. Dari waktu ke waktu Teater Djarum terus belajar untuk menjadi media ekspresi sekaligus pemberdayaan dan pengembangan potensi kreatif setiap karyawan yang menjadi anggotanya.

Ditambahkan oleh Asa Jatmiko, “keterkaitan aktor dengan set panggung, properti serta artistik lainnya di dalam naskah-naskah yang pernah dimainkan mereka, telah memberikan kesempatan luas ruang eksplorasi bagi para aktor. Respon atas situasi, dramatik, mendapat dukungan dan penajaman oleh unsur-unsur artistik yang membersamainya. Di sini, meskipun aktor memegang peranan kunci untuk menggerakkan kehidupan di atas panggung, namun kehadirannya seolah tak ubahnya penghuni panggung yang sama pentingnya dengan unsur-unsur artistik pemanggungan. Bahkan pada kasus tertentu, misalnya adanya gangguan teknis pada artistik, aktor bisa "terbunuh" tanpa bisa berbuat apa-apa. Aktor dengan segala kemampuannya, bisa saja kemudian menjadi tak mampu, akibat adanya persoalan di wilayah artistik. Kita perlu untuk membawa kembali kesadaran aktor sebagai pusat lakon.”

Pentas “Para Petarung” ini disutradarai oleh Asa Jatmiko dengan menghadirkan para aktor, antara lain: Heru Nugroho, Wijayanto Franciosa, Anggi Putri Hartanti, Apriliyana Dewi, Dewy Evelyn Murti, Aeliza Mariyana, Aditya Debe Seputra, Abdul Soleh, Tania Kirana, dan Kasmin. Koor dan Koreo diisi oleh Lulu'atul Mufida, Nabila Khurul Aini, Uptalia, Putri Lestari, Deni Anggaresta Marlistian, Abdul Ghofar, Muh. Galuh Eka Pradana, dan Anang Ma'ruf. Penata Cahaya: Ahmad Huzaeni, Syarief Hidayat. Tim Artistik: Choirul Azis, Kemal Maesal Azam dan Rizki Ananda. Tim Make Up dan Wardrop oleh Sriyatun Lala, Umi Setiyani, Alvatika Oktafiyana dan Riska Meriani. Logistik: Rahmat Syaifudin, Purna Irawan dan Isromi, serta Tim Dokumentasi oleh Ricky Marthin Rumuat dan Vico Gazella Hutomo Putro.

Komposer Lagu digarap oleh Ninin Widhiyanto, Komposer Musik dan Ilustrasi oleh Giwang Topo bersama Madha Soentoro dan Denny Dumbo. Tim Asisten Sutradara: Andreas Teguh, Masrien Lintang dan Bambang Susanto, Stage Manager: Arvian Yofi Pratama dan Pimpinan Produksi: Teresa Rudiyanto.

Pertunjukan yang dapat ditonton secara gratis ini, diharapkan semakin mempererat tali silaturahmi Teater Djarum dengan masyarakat teater Kudus dan sekitarnya. Silaturahmi, pertemuan dan dialog hangat diharapkan juga menjadi menu utama dalam kerangka besar jagat teater Indonesia yang semakin menarik, inpsiratif dan bertumbuh. Terimakasih.

_______________
Baca juga artikel "Para Petarung" Teater Djarum, perihal konsep pertunjukan dan analisa naskah, di bawah ini:

_______________
INDAH DARMASTUTI
penulis dan penikmat seni pertunjukan

Pada akhirnya, semua “Para Petarung” itu kalah oleh dirinya sendiri. Memang pertarungan paling sulit adalah ketika seseorang bertarung dengan dirinya sendiri. Bertarung melawan masa lalunya, melawan ambisinya sendiri. Tetapi masing-masing tokoh juga menang dalam pilihan-pilihan yang telah mereka tentukan, lepas apakah itu tepat atau tidak menurut dunia.

Selebihnya, sebagai pertunjukan teater musikal, “Para Petarung” telah menyuguhkan cerita yang mengajak saya termenung dan mengingat kalimat Nietzsche, “Mungkin aku tahu benar mengapa hanya manusia satu-satunya makhluk yang tertawa; sebab manusia adalah satu-satunya yang merasakan derita begitu dalam.”

_______________
HANINDAWAN
aktor dan sutradara

Daya tarik utama "Para Petarung" adalah seakan-akan cerita yang disuguhkan tidak selesai. Teater yang menarik itu begitu Anda pulang, di kepala itu masih ada teaternya. Pertunjukan ini banyak hal yang dimisterikan. Jadi kita mencari jawaban sendiri.

Setiap karakter menunjukkan sifat yang ambigu dan penuh kontradiksi. Tokoh yang tampak baik ternyata jahat, dan sebaliknya. Ini tidak memberikan batasan hitam dan putih. Sebuah teks yang penuh pertanyaan disajikan dengan manis, tidak menggurui. Penonton ditawari bukan sebuah cerita yang satu garis, tetapi banyak problemnya.

_______________
GIGOK ANURAGA
aktor senior

Beberapa tahun ini saya melihat pertunjukan-pertunjukan yang terlepas dari lingkungannya. Tapi malam ini saya mendapat pencerahan bahwasanya Teater Djarum masih mau menyuarakan lingkungannya. Naskah yang ditulis Asa Jatmiko memang multi tafsir. Ini memberikan kebebasan bagi penonton untuk menafsirkannya secara bebas.

Gaya akting para pemain sangat polos, natural, dan miskin teknik, namun justru itu menghasilkan pertunjukan yang indah dan jujur. Saya kagum kepada kemampuan akting para aktor. Pemeranan mereka digambarkan sebagai kemampuan berakting yang tanpa teknik dan polos. Tidak perlu menggunakan teknik akting bermacam-macam. Polos, tetapi indah. Saya merasakannya begitu.

_______________
Komentar penonton: